Antara Pujian Internasional dan Pujian Pemilik Semesta

August 08, 2018



Sebagai orang Jember, rasanya mustahil bila tak kenal JFC (Jember Fashion Carnival). Event tahunan yang selalu nongol di bulan Agustus ini sukses menyedot perhatian hingga ke tingkat Internasional.

.
Buat yang belum tahu apa itu JFC. Secara singkat acara ini adalah arak-arakan peragaan busana, yang bahasa Inggrisnya sering disebut Fashion Show. #Hehe
Bedanya JFC menggunakan jalanan 3,6 KM sebagai jalan kucingnya (catwalk). Dan busana yang diperagakan jelas bukan busana muslimah syar'i seperti kebanyakan. Di sana hanya akan diperagakan busana yang tidak bisa dipakai sehari-hari, bahkan harus mikir ribuan kali kalau mau dijadikan baju pengantin.
.
Di tahun 2018, acara ini dihelat tanggal 7-12 Agustus. Meskipun begitu, jauh sebelum hari pelaksanaannya, artikel terkait JFC ini sudah bisa ditemukan dengan mudah di lapak mbok Google.
.
JFC terkadang pun menjadi semakin heboh dengan bintang tamunya yang bikin takjub. Terkadang pak Presiden datang, artis kondang, sampe ratu kecantikan pun hadir. Rasanya mustahil bin mustahal kalo JFC ga kedatangan orang beken. Secara, ini event internasional begitu loohh..
.
Pertama kali mengenal JFC, ketika masih duduk di bangku SMA. Itu sekitar 10 tahun lalu. Ada seorang teman yang memang berprofesi sebagai model, dia semampai, kaya dan tentu saja cantik. JFC bagi dia, tentu tak ubahnya ajang biasa untuk diikuti.

Sumber Foto : Faiqotul Himmah

“Kamu bikin sendiri baju yang ga bisa dipake tiap hari itu? Habis berapa?” Pertanyaan tembakan dari saya padanya ketika dia menunjukkan foto “bakal” baju yang akan dia pakai untuk acara itu.
.
Tak dinyana dia pun menjawab dengan santai, “Iya, emang harus ngerancang sendiri. Belajar. Tapi ntar di koreksi ama Dynand Fariz-nya. Habis berapa ya ini? Sekian ratus ribu gituu..”.
.
Sengaja sekiannya saya sensor, selain lupa tepatnya berapa. Yang jelas angka itu melebihi jatah saya selama 1 bulan. Padahal jatah bulanan saya sudah termasuk uang kost, SPP, uang transport dan uang makan. Untuk anak SMA pada kala itu, uang segitu besar bagi saya. Dan saya yakin banyak orang pun (sampai detik ini) beranggapan begitu.
.
Carnival, di berbagai belahan dunia memang kerap kali dilaksanakan dalam rangka pesta perayaan. Di Indonesia umum sekali terjadi di bulan Agustus karena merupakan bulan kemerdekaan. Jangankan setingkat JFC, karnaval tingkat desa saja bertebaran di mana-mana.

Sumber Foto : Faiqotul Himmah

Menjadi peserta carnival itu menyenangkan. Setiap kali melewati jalanan, kita akan difoto-foto, orang-orang melambaikan tangan. Tak jarang ada orang minta selfie. Tergantung seberapa besar, heboh dan menarik kostum yang kita pakai. Semakin kostum itu heboh, semakin pula orang tertarik pada kita. Terlebih untuk event JFC, perhatian dan pujian internasional sangat membius sekali. Memang, salah satu fitrah dan naluri manusia adalah ingin menjadi pusat perhatian.
.
Tapi meskipun begitu, bila dipikir lebih jauh lagi, sebenarnya kegiatan ini merupakan kegiatan yang tidak ada gunanya. Tidak lebih seperti debu yang beterbangan. Apalagi kalo mengingat pelajaran Ihsanul Amal. Wah, apa pula hubungannya dengan ini? Sukanya kok bawa-bawa agama? #Eyaaaa
.
Setiap perbuatan/aktifitas/amalan seorang muslim mulai dari yang paling kecil hingga besar, mulai dari bangun tidur hingga dia tidur lagi, mulai dari bangun tidur hingga bangun negara. Tak kan luput satupun dicatat dan dinilai oleh Allah SWT. Suatu perbuatan dikatakan diterima oleh Allah bila memenuhi dua syarat : Pertama, Ikhlas karena Allah. Kedua, cara pelaksanaan sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Bila tidak memenuhi keduanya dan atau salah satunya, maka tak ubahnya perbuatan yang dilakukan itu akan menjadi debu yang beterbangan ketika di akhirat kelak alias ternyata kita melakukan hal yang sia-sia. Malah bisa jadi bertambah dosa.
.
Apa niat orang ikut carnival? Selain ingin membuat dirinya eksis. Dimana eksis ini diartikan untuk mendapatkan perhatian. Dipandang beken dan oke. Oleh siapa? Tak lain dan tak bukan oleh khalayak, targetnya khalayak sekala internasional pula. Adakah Allah dalam niatnya? Rasanya tidak mungkin. 
Belum lagi banyak kemaksiatan yang bisa saja terjadi dalam event-event seperti ini.


Peserta karnaval yang membludak dan kostum yang menghebohkan tentu membutuhkan riasan yang tak biasa. Riasan yang tidak akan selesai hanya dalam hitungan di bawah 10 menit. Tak jarang mereka sudah bersiap bahkan sebelum adzan Subuh berkumandang. Ketika telah masuk waktu sholat kebanyakan akan lupa melaksanakan kewajiban yang satu itu karena ‘eman’ dengan make up yang sudah menempel. Belum lagi adanya ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan bukan mahrom), potensi LGBT yang bermunculan. Naudzubillah..
.
Jangan sampai demi pujian internasional kita melalaikan diri dari kewajiban yang akan membuat hilang pujian pemilik semesta. Naudzubillah..
.
Peningkatan ekonomi dan pengembangan Pariwisata menjadi salah satu alasan diselenggarakannya carnaval level internasional ini. Ekonomi masyarakat bisa meningkat, karena dengan adanya event ini para penjual memiliki kesempatan memiliki omset yang lebih besar daripada hari-hari tanpa JFC. Seakan-akan lupa bahwa hari-hari tanpa JFC jauh dan jauh lebih banyak, dan mereka menjalani hari yang sama. Sama-sama mencari makan, sama-sama bekerja keras supaya anaknya bisa sekolah, sama-sama harus berobat jika sakit dll.
.
Bukan dengan JFC masalah utama rakyat bisa teratasi, bila memang ingin mengentaskan kesusahan rakyat, beri saja pengobatan gratis, pendidikan gratis, tempat tinggal gratis, memperluas lapangan kerja dsb.
.
Sangat tidak tepat pula bila menjadikan pariwisata sebagai sumber pemasukan daerah. Dan JFC dijadikan visual dalam memasarkan Jember ke kancah internasional. Pariwisata umumnya lekat dengan kemaksiatan yang tentu tidak dapat ditolerir. Industri wisata dalam masyarakat liberal kapitalistik tidak bisa dipisahkan dari bisnis miras, seksual dan hiburan. Padahal hakikatnya pariwisata di dalam Islam adalah untuk meningkatkan kesadaran akan Kemahabesaran Allah SWT.
.
.
Jember, 08 Agustus 2018
Helmiyatul Hidayati


===================================
#1000StatusPeduliJember
#StopLiberalisasiJember
#IslamSelamatkanJember

You Might Also Like

2 comments

  1. Bener ya Mbak, setiap upaya mendongakrak pendapatan daerah ataupun negara melalui patiwisata pasti di situ lekat sekali dengan kemaksiatan...duh bagaimana nasib generasi kita. Sedih banget...

    ReplyDelete

Selamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)