Tahun 2006 lagi ada di fase apa?? Kalo saya waktu itu masih baru kelas 1 SMA. Tahun itu belum punya gadget macam sekarang yang bisa buat nonton film. Tapi ternyata di tahun itu ada sebuah film bagus yang diproduksi oleh sineas Indonesia. Mengangkat tema bullying di sekolah, judul film ini adalah EKSKULL.
Entah tahun berapa saya menonton film ini di televisi,
yang jelas sekali nonton aja masih keinget ceritanya sampe sekarang. Dan film
ini beneran mengandung bawang. Bikin nangis sampe kebayang-bayang.
Film ini ternyata meraih banyak penghargaan di tahun
tersebut, meskipun ada juga kontroversi yang menyertainya. Wah, ga kerasa udah
14 tahun berlalu aja..
Ngomongin soal film bullying sebenarnya banyak negara
juga memproduksi drama dengan mengangkat tema ini. Boys Before Flowers drama
Korea (a.k.a Meteor Garden kalo di Taiwan) aja sebenarnya ada kisah
bullyingnya, yakni ketika Geum Jan Di jadi ‘sasaran’ F4. Buat yang pernah
nonton film Jackie Chan yang judulnya Karate Kids, nah itu juga mengangkat tema
Bullying loh.
SINOPSIS
Joshua, yang diperankan oleh Ramon Y Tungka adalah
seorang pelajar SMA yang selalu mengalami hari-hari buruk karena selalu dibully
di sekolahnya. Tidak ada hari tanpa dia mendapat hinaan, celaan dan bahkan
hujatan. Bahkan, ada adegan dimana kepala Joshua sampai dimasukkin ke closet
loh ama temen-temennya.
Keadaan Joshua diperparah dengan kondisi keluarganya yang
tidak mendukung. Sang ayah kerap kali melakukan kekerasan fisik, sementara ibu
tidak memberikan perhatian. Bayangkan bertapa menderitanya hidup Joshua yaa,,
Lain di rumah, lain pula di sekolah. Meskipun intinya,
keadaan di sekolah pun tidak mendukung. Guru lebih condong membela pembully
karena ada kedekatan emosional dan finansial.
Akhirnya Joshua menjadi orang yang tidak bisa percaya
pada siapapun. Beberapa orang yang dekat dengannya akhirnya tidak sempat
mengajak dia untuk lebih ceria dan bersemangat. Tekanan yang begitu keras
membuat dia akhirnya mengambil Tindakan nekat dengan menyandera 6 (enam) orang
teman yang selalu membullynya.
Dengan menggunakan pistol yang ia beli dari perdagangan
gelap, ia memaksa para pembully agar saling menyiksa satu sama lain dengan cara
yang pernah mereka lakukan kepadanya. Puncaknnya adalah ketika ia menggantung
badan temannya di atas Gedung sekolah. Tentu orang akan berpikir bahwa Joshua
akan mendorong si pembully, tapi ternyata Joshua menembak kepalanya sendiri.
Sumber Foto : Mediasiar
SISI LAIN
Bullying atau perundungan adalah adalah penggunaan kekerasan,
ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain.
Kasus perundungan tidak jarang terjadi di sekolah/sector Pendidikan.
Banyak yang menjadi factor penyebabnya,, selain factor lingkungan,
didikan orang tua dan kondisi sekolah yang tidak kondusif. Tontonan kekerasan,
dampak negative gawai dan penghakiman media social merupakan pemicu anak
melakukan perundungan. Tidak sedikit dari kasus perundungan, berakhir dengan
korban memilih untuk bunuh diri.
Tentu saja fenomena ini bikin was-was, bahkan di Indonesia
sendiri hampir setengah dari selurus siswa mengaku pernah mengalami
bullying/perundungan. Hasil ini didapat dari penilaian Siswa Internasional/OECD’s
Programme for International Student Assessment (PISA) 2018.
Bullying bisa kita sebut sebagai duri dalam Pendidikan, tidak
hanya di Indonesia, tapi seluruh dunia pada umumnya. Kondisi ini rasanya tidak ada
habis-habisnya, sementara soslusi untuk menghadapinya biasanya hanya pada
tataran kuratif, ketimbang preventif. Artinya kalo sudah ada kejadian baru
sibuk memikirkan langkah penyelesaiannya, padahal korban terus berjatuhan. Inilah
buah dari system pendidikan sekuler (memisahkan agama dari kehidupan
-pendidikan-) di masa sekarang.
Beda lagi dengan pendikan Islam, ia memberikan perhatian
kepada generasai bahkan sejak dini. Peran negara, masyarakat dan keluarga begitu
luar biasa dalam membentuk karakter dan kepribadian mereka. Selain control media
yang ketat oleh negara dengan melindungi anak-anak dari tayangan-tayangan
sampah. Remaja juga disibukkan dengan ketaatan, baik memaca, mendengar atau
menghafal Alquran, hadis, kitab-kitab tsaqafah para ulama tau berdakwah
ditengah-tengah umat dsb. Jangan lupakan produktivitas mereka dalam melakukan
riset dan membuat penemuan baru. Sehingga mereka tidak akan sibuk melakukan
maksiat.
Jember, 30 Sept 20