Sumber : iniitu.id |
Tak banyak orang bisa menyadari bahwa dia suka atau menaruh minat besar pada menulis sejak kecil. Saya sih termasuk salah satunya. Alhamdulillah..
Sewaktu masih SD, dengan seorang teman biasanya kami suka
menulis cerita fiksi tentang asal-usul nama kota di Indonesia. Kami akan
mengundi kota apa itu dari peta besar yang ada di belakang kelas kami. Secara khusus
kami akan menulisnya di buku tertentu.
Padahal sebenarnya kota-kota tersebut sudah punya cerita
legenda atau sejarahnya sendiri ya. Sebodo amatlah waktu itu, pokoknya kami
bahagia kalo bias menulis sebuah cerita. Setelah menulis biasanya kami akan
bertukar buku untuk saling dibaca
Ketika saya SD adalah masa dimana serial Harry Potter
begitu terkenal. Karena masih kecil dan tidak banyak beban, saya sendiri bias membaca
novel-novel Harry Potter hanya dalam waktu 3 hari. Sangat jauh bila dibandingkan
dengan sekarang yang tidak pernah selesai dengan sempurna bila membaca buku. Haha
Namun kegiatan menulis itu langsung hilang seketika sejak
SMP hingga punya anak 1 (satu). Itu memakan waktu sekitar 15 tahun lamanya. Kilas
balik hidup yang penuh petualangan, pencarian serta suka dan duka selama itu
Kehidupan yang bergulir seperti biasa namun keras :
Sekolah, bekerja, bekerja sambil kuliah, menikah sambil bekerja sambil kuliah. Sibuk
sekali..
Menulis? Saya sudah melupakannya. Mencari sesuap nasi
jauh lebih menyita waktu daripada bercengkerama dengan pikiran untuk merajut
kata dan membiarkan jari-jemari menari di atas tuts. Hehe
Hingga suatu hari saya resign dari kantor, dengan beban
yang tidak ringan. Awal mula titik balik kehidupan, pada saat itulah saya
bertemu teman yang tidak disangka, yang hidup untuk menulis dan menulis untuk
hidup. Lalu perlahan saya menemukan “strong why” kenapa harus menulis lagi.
Kisahku seperti ini ternyata tak sendirian loh, yang melupakan betapa kita pernah menyukai menulis ketika masih kecil, namun harus kalah oleh keras dan derasnya roda kehidupan. Hingga Allah kembalikan kita pada jalan itu lagi, dan membuat kita melakukan sesuatu yang besar di jalan itu; jalan menulis
Seorang teman di dunia maya, mbak Diah Mumpuni ternyata
perjalanan literasinya bak cermin dengan perjalanan hidup saya. Mungkin beda
perasaan dan emosi saja, karena menurut saya perjalanan itu pernuh duri. Ah, memang
hidup siapa yang tak ada duri? Bahkan terkadang kita harus berenang di tengah
kubangan racun bukan?
Melihat-lihat blog dan media social mbak Diah Mumpuni pun
serasa membuat dejavu, karena beberapa konten mengambil “niche” yang sama
dengan konten saya, misal review film. Di instagramnya ada beberapa review film
hollywood yang bikin saya penasaran, pengin juga nonton dan nge-review ulang.
Kayanya kalo kita ketemu beneran pasti mudah nyambung kali ya obrolannya. Hehe
Kalo teman-teman mengunjungi blog mbak Diah Mumpuni pasti
akan menemukan banyak informasi bermanfaat. Misalnya tentang apa-apa yang harus
dilakukan kalo main-main ke media social yang lagi trending zaman now; ome TV. Dan
masih banyak yang lainnya.
Dari sharing kisah-kisahnya pun kita bisa mengambil
banyak pelajaran dan menambah wawasan. Pokoknya main ke rumah dunia maya mbak
Diah Mumpuni bikin betah kok. Tampilan blognya clean, simple dan enggak bikin
sakit hati #eh sakit mata. 11-12 lah ama punya saya yaa.. Bedanya saya wanita
berhijab yang ga pake niqob, beliau pake niqob. Tapi tetap kelihatan kok
cantiknya..