Bunuh
diri kalo menurut wikipedia adalah suatu tindakan sengaja yang menyebabkan
kematian diri sendiri. Penyebabnya sering kali karena putus asa, gangguan jiwa,
alkoholisme dan ketergantungan pada obat.
Sejauh
ini, saya tahu bunuh diri kalo search di google. Dari hari ke hari selalu ada
berita bahwa ada aja orang yang meninggal karena bunuh diri, baik berita dalam
negeri maupun luar negeri. Bahkan WHO menyebutkan sekitar 800.000 orang
meninggal per tahunnya karena bunuh diri. Dengan di Indonesia sekitar 10.000
per tahunnya.
Begitulah,
dunia yang semakin gila ini rasanya menjadi wadah yang asyik untuk hal nekat
satu ini. Bahkan sampe ada challenge-nya loh. Kalo teman-teman tahu Momo
Challenge atau Blue Whale Challenge, nah itu challenge yang mendorong orang
untuk melakukan bunuh diri.
Meskipun
begitu, ternyata tidak semua “kesempitan hidup” merupakan alasan untuk
melakukan bunuh diri. Kim Jong Hyun SHINEE dan Chung Mong Hun pemilik Hyundai
merupakan contoh orang nyaris sempurna yang memilih cara mati tidak keren :
bunuh diri. Tentu saja, spesies manusia macam mereka ya tidak sedikit.
Tapi
berbicara tentang bunuh diri, saya jadi ingat film India berjudul 3 Idiots. Ni film
best loh, saya sudah menonton 2 kali tapi tetap saja membuat saya menangis pada
adegan-adegan tertentunya.
Sebenarnya
film ini bukan tentang bunuh diri, bahkan menurut saya pelajaran yang bisa
diambil dari film ini adalah “orang yang
berijazah belum tentu belajar, dan bahwa keilmuan dan kemampuan seseorang tidak
ditentukan dari selembar kertas yang bernama ijazah.” Yah, kira-kira begitu
ya, soalnya si Rancho, pemeran utama menggantikan majikannya untuk menuntut
ilmu di sebuah universitas ternama. Rancho hanya ingin “menuntut ilmu”
sementara anak majikannya hanya ingin “selembar ijazah” untuk pencitraan.
Adegan
yang bikin saya nangis justru sebuah dialog yang diucapkan oleh Pia, putri
ketiga Virus ketika dengan emosional menjelaskan kenapa kakak laki-laki tertua
mereka akhirnya memilih untuk bunuh diri. Jadi, si kakak sebenarnya pengin jadi
penulis, tapi Virus ingin ia jadi insinyur dan harus kuliah di ICE yang keras. Si
kakak sudah ikut ujian sebanyak 3x tapi tidak ada yang lolos. Akhirnya karena
stress didesak ayahnya, diapun memilih bunuh diri dengan cara menabrakkan diri
ke kereta. Si Virus tahunya si anak meninggal karena kecelakaan.
“Apa Ayah tahu kakak ingin menjadi apa? Apa Ayah
pernah bertanya apa sebenarnya keinginan kakak? Dia tidak ingin jadi insinyur
Yah, dia ingin jadi penulis. Tapi gara-gara Ayah, satu-satunya yang dia tulis
seumur hidupnya hanyalah sepucuk surat sebelum kematiannya.” Kata Pia
“Ya, ayah benar, itu bukan bunuh diri. Tapi pembunuhan,
dan ayah adalah pembunuhnya!” lanjut Pia.
Oke,
adegan bunuh diri dan dialog tadi mungkin bukan teladan yang baik. Tapi saya
berpikir bahwa bunuh diri sebenarnya “tidak pernah benar-benar ada”. Semua orang
mati karena pembunuhan. Dengan alasan mereka sendiri-sendiri. Tapi ya dosanya sama lah.
Bukan
berarti saya membenarkan bunuh diri, tetap saja itu perbuatan yang terlarang,
sama seperti terlarangnya mantra Avada Kadavra oleh Voldemort. Hanya saja
banyak sekali alasan-alasan yang memicu orang untuk bunuh diri tumbuh subur
secara tersistem.
Bukankah
ada banyak berita di internet orang yang bunuh diri karena faktor ekonomi. Seseorang
miskin kan bukan cita-cita dia (kalo ada yang bercita-cita seperti ini atau dia
males, ya udah ga usah dibahas) tapi bisa jadi karena dimiskinkan oleh sistem. Kapitalis
memang bikin sengsara. Ga ada makan siang gratis, bahkan bila itu seharusnya
hak rakyat yang menjadi kewajiban negara.
Yang
bikin miris hati lagi, bila fakta itu dekat dengan kita. Dag-dig-dug rasanya
tidak cukup menggambarkan perasaan yang bersenandung.
Hidup
itu adalah pemberian dari Allah SWT. Maka yang berhak mencabutnya adalah Allah
juga. Tapi untuk menjelaskan ini, tidak hanya butuh pengertian pada mereka yang
berputus asa. Ada sistem yang harus kita tebas. Lalu kembali ke Sistem Islam..
kapan ya??
Jember,
17 Feb 19
Helmiyatul
Hidayati