Kapan lagi nge-review film pendek, type musikal lagi. Meski viralnya tahun 2021, namun film pendek garapan anak bangsa kali ini masih relate banget dengan kondisi negeri hingga detik ini. Pun lagi dengerin lagunya bisa bikin nyengir-nyengir sendiri.
Yup, inilah
film pendek dengan durasi hanya 36 menit saja berjudul DPR Musikal. Hanya bisa
ditonton di Youtube SkinniIndonesian24.
Karena ini
adalah film pendek musikal, otomatis banyak lagu yang diperdengarkan di sini
sebagai salah satu bagian dari dialog. Selain nadanya yang ramah di telinga,
liriknya juga menyentuh kalbu. Bukan karena melankolis, namun memiliki makna
mendalam terhadap realitas sosial yang sedang terjadi.
SINOPSIS
Mawar, dalam drama musikal “DPR Musikal” karya anak bangsa ini memang bukan nama sebenarnya. Sosok anggota DPR idealis yang punya cita-cita perubahan untuk Indonesia. Inti cerita drama ini dimulai dari rapat DPR yang isinya kurang lebih kaya dialog anak TK, karena suara rakyat selalu berada di urutan belakang. Menunjukkan tipikal pemimpin Indonesia yang tidak memiliki visi terhadap masa depan bangsa dan mengelabui rakyat dengan keputusan atau kebijakan jangka pendek yang sebenarnya tidak signifikan mengubah kehidupan rakyat menuju arah yang lebih baik.
Mawar
berusaha mengajukan UU tentang Flora, Agriculture dan Kehutanan untuk
menyelamatkan hutan di Indonesia dan untuk kepentingan rakyat tentunya. Tapi
apa nyana, seluruh DPR seakan melawannya. RUU nya tidak didengar karena ‘tidak
berpihak’ pada para pengusaha, yang menurut anggota DPR lainnya merupakan
prioritas rakyat yang harus diperhatikan juga kepentingannya.
Sementara rakyat
kasta lain dianggap tidak mempedulikan hal prioritas seperti kebakaran hutan,
perubahan iklim dll. Rakyat dianggap hanya peduli hanya pada isu-isu remeh
seperti skandal artis, bintang K-Pop dll, padahal topik-topik seperti itu juga
sebenarnya adalah propaganda buatan untuk menyibukkan rakyat agar tidak menjadi
kelompok yang kritis terhadap penguasa.
Ujung-ujungnya
Mawar pun dilanda dilema. Tentu saja nuraninya tak setuju dengan kawannya,
namun apa daya yang dia punya??
SISI LAIN
Andai Mawar tahu bahwa ini bukan sepenuhnya salah dia dan kawan-kawannya. Namun salah sistem. Dalam demokrasi, kepentingan kapitalis is numero siji. Demokrasi hanya terlihat pada saat pemilu. Setelah pemilu, para pemimpin tidak peduli lagi dengan aspirasi dan penderitaan rakyat. Seakan-akan Indonesia adalah milik mereka.
Selama kita
masih mengadopsi aturan kehidupan ala kapitalis seperti ini, kepentingan rakyat
akan selalu dikebiri. Pemangku jabatan akan bersikap ‘bodo amat’ justru
terhadap hal-hal genting yang merupakan akar masalah, namun akan sangat
memperhatikan justru terhadap hal-hal yang merupakan masalah cabang. Sehingga
masalah demi masalah akan terus terjadi hingga bergenerasi-generasi.
Mawar perlu
belajar dan melihat sistem kehidupan lain yang sudah terbukti berjaya selama
hampir 14 abad lamanya. Masa itu adalah ketika sistem aturan Islam diterapkan
dalam segala lini kehidupan, bukan hanya memberikan rahmat bagi seluruh umat
manusia, namun alam juga diberkati karena Islam memiliki aturan dalam semua
aspek kehidupan. Aturan ini bersifat sempurna tanpa cacat karena sumbernya
langsung dari Sang Maha Kuasa dan Maha Sempurna. Itulah masa Daulah dan
Khilafah Islam pada tahun 622 M – 1924 M.
Maka benar
perkataan Prof. Mahfud MD yang sangat terkenal hingga ini, “Malaikat masuk
sistem demokrasi, keluar jadi iblis”, menandakan bahwa memang ada yang salah
dengan sistem kehidupan sekarang ini. Hanya dalam sistem Islam, orang-orang
seperti Mawar akan bisa menyelamatkan hutan di Indonesia dengan syariah Islam.