Penulis Pengukir Kemenangan
May 30, 2020Tak ada rotan, akar pun jadi. Tak bisa berkumpul di daratan, ruang meeting zoom pun jadi.
Yup,
segerombolan squad kunang-kunang angkatan revowriter batch 5 ini kemarin
akhirnya kopdar. Bermodalkan kuota internet dan seperangkat gadget, ijab qobul
pun sah, #eh kopdar pun terlaksana sudah 😊
Buat
yang belum tau, revowriter itu paan. Ini tuh semacam kelas penulis yang digagas
oleh jurnalis kawakan cik gu Asri Supatmiati. Dan akhirnya bertumbuh menjadi
komunitas, yang memanen banyak penulis berkualitas. Salah satunya macem saye
nih lahh.. meskipun aslinya cuma seonggok jelaga di pojokan sana, sendiri dan
sepi macam diri ini.. (diiringi backsound lagu "entah apa yang
merasukimu..") #AbaikanYangTerakhir
Sebenarnya
di dunia kunang-kunang (sebutan untuk alumni kelas revowriter batch 5), saya mah tim hore ajah. Rakyat jelata begitulah, yang
kadang masih goreng krupuk pake minyak jelantah 🤣
intinya saya penulis lemah yang tak bisa disanding dengan para mastah. Tapi
untunglah, kopdar kemarin masih bisa setor wajah 😁
Selain
asyik bersapa dengan sejawat. Ada petuah dari cik gu yang bikin diri ini
terhenyak. Bahwa sebagai penulis tak elok berhenti menelurkan karya. Entah di
mana, bisa jadi ada yang sedang menanti kita, eh bukan.. menanti karya kita.
Sekalipun itu adalah ruang-ruang kosong di beranda media sosial kita #eyaaa
Selain
itu ada fakta yang menunggu kita kupas, ada keindahan Islam yang harus kita
tebarkan. Ada umat yang harus disadarkan dari cengkeraman sekulerisme dan
keturunannya. Ada ridho Allah yang harus kita gapai.
Tak punya waktu bukanlah alasan. Bisa jadi, tak punya tekad kuat adalah landasan. Seringkali setan menggoda untuk melemahkan iman. Akhirnya dakwah tak tersampaikan, padahal kita sebenarnya memiliki potensi menebar cinta lewat banyak hal. Termasuk lewat tulisan. Bukankah begitu, wahai nyisanak??
Sekali
lagi, tak punya waktu bukanlah alasan. Karena waktu itu hanyalah habis bagi orang-orang
yang memikirkan masalah dirinya sendiri. Dunianya hanyalah tentang dirinya
sendiri. Tanpa memikirkan umat, tanpa memikirkan orang lain. Hayuk cung siapa
yang sering begini, #ah jangan-jangan malah menunjuk diri-sendiri.. 😕
Dan
emang bener sih, bukankah Rasulullah SAW juga pernah bersabda,
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
lainnya." (HR. Ahmad dan at-Thabrani).
Sebagai
penulis, tulisan adalah yang bisa kita produksi dengan harapan tulisan itu akan
memberi manfaat bagi orang lain. Kalo kita guru, kita memberi manfaat pada
orang lain dengan mengajarkan ilmu. Kalo kita istri, kita memberi manfaat
dengan memberikan pelayanan terbaik bagi suami. Kita sebagai bagian dari
masyarakat berusaha menebar manfaat dengan melaksanakan kewajiban dakwah. Dst.
Ya tak??
Pas
banget, Imam Al-Ghazali juga pernah mengatakan, "Jika kau bukan anak raja,
juga bukan anak ulama besar, maka menulislah!" Apalagi saya, bukan
siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hanya mimpi yang tak biasa. Teguh sampai
akhir di jalan-Nya, agar tak ada sesal kelak ketika di hadapan-Nya.
Jadi,
suka menulis, mau belajar menulis apalagi bisa menulis adalah hal luar biasa.
Bahkan, sebuah film luar biasa juga berangkat dari skenario bagus yang ditulis
oleh seorang writer hebat bukan??
Jangan
pula tak punya bakat (menulis) menjadi alasan, karena bakat pun akan sia-sia
tanpa usaha . Iya, "kerja keras akan mengalahkan orang berbakat, ketika
orang berbakat tidak bekerja keras." Nah kaann..
Terlebih, masih kata cik gu Asri kemarin, jadi penulis bak jadi pemenang. Karena ia punya hari-hari kemenangan. Tak tanggung-tanggung ada 5 (lima) loh, hari kemenangan bagi penulis :
Pertama,
punya ide aja, itu berarti adalah hari kemenangan pertama bagi penulis. Itu
juga merupakan rizki dari Allah. Bahkan penulis kawakan pun kadang kehabisan
ide, jadi memilikinya seperti memiliki hal berharga, harusnya semangat menulis
pun terjaga, rasa malas enyah saja.
Kedua,
kita akan berasa lega di dada, ketika ide yang tadinya di kepala, tertuang
menawan sampai selesai dengan menarikan pena (saya lebih pilih pake keyboard
laptop atau hape yaa haha). Inilah hari kemenangan kedua.
Ketiga,
tulisan yang sudah selesai itu berhasil keluar dari peti terkunci a.k.a folder
penyimpanan kita. Kemana? Dipublikasikan ke khalayak dong. Supaya orang lain
bisa beroleh manfaat juga. Dengan begitu kitapun menjadi bermanfaat bagi orang
lain. Simbiosis mutualisme dalam kebaikan, asyik kan?
Keempat,
ketika tulisan kita memiliki dampak bagi orang lain, yang artinya tulisan kita
dibaca, dihayati, dipahami dan diterima oleh pembaca, hingga ide-ide kita dalam
tulisan itu diadopsi oleh yang membacanya. Tanpa penolakan. Ibaratnya, cinta
kita tuh ga bertepuk sebelah tangan. Merasa menang kan? 😊
Kelima,
alias yang terakhir. Kemenangan ini adalah kemenangan besar bagi penulis, yakni
ketika karyanya berperan dalam membangun perubahan dan peradaban. Perubahan
yang lebih baik dan tentunya diridhoi oleh Allah SWT 😊
Nah,
kalo udah begini sebenarnya ada banyak pilihan amal shalih yang bisa kita
laksanakan. Tinggal kitanya nih kapan mau "action", halangan dan
rintangan tak ayal pasti menghadang. Karena itu penting banget untuk berkumpul
dalam kawanan yang memiliki visi dan misi yang sama.
Kalo
kata Osman Bey dalam drama Kurulus Osman, "Srigala akan berkumpul dengan
srigala sementara anjing akan berkumpul
dengan sesama anjing" huhuhu
Pena ibarat pedang, ia bisa membunuh bahkan tanpa menyentuh. Ia bisa melukai tanpa menusukkan belati. Maka perhatikanlah, ke arah mana penamu menari..
Jember,
30 Mei 20
25 comments
Setuju sekali mbak dengan semua ungkapan di tulisan ini, sayapun menulis sebagai usaha ekspreksi diri dan agar bisa jadi bermanfaat buat orang lain. Masak hidup udah gini-gini aja dan nggak berkarya, kalah sama burung yang setiap hari bangun sangkar
ReplyDeleteMasyaAllah semangat ya mbak 🤗
DeleteSetuju, karena tidak punya waktu bukan alasan seseorang berhenti menulis. Menulis bagi saya juga seperti selfhealing. Kalau kita senang sesuatu, bukankah kita akan meluangkan waktu..
ReplyDeleteBenar.. menulis bisa untuk selfhealing 🙂😊
DeleteMasyaAllah bacanya jadi semakin semangaaaat untuk terus nulis. Minimal sehari sekali harus nulis. Berapa pun kata yg ditulis. Terimakasih sharingnya mba
ReplyDeleteSemoga dengan tulisan bisa mengembangkan peran ya mbak
DeleteKeren sekelai motivasinya para kakak penulis, one day one post memang sangat bagus untuk menarik traffic pembaca agar selalu berkunjung ke halaman maya kita.
ReplyDeleteOne day one post belum sanggup haha
DeleteSaya menulis juga salah satunya diniatkan sedekah ilmu Mbak. Makanya agak hati-hati dalam menulis dan melalui beberapa saringan. Bebebrapa di antaranya adalah benar, bisa dipertanggungjawabkan dan bermanfaat
ReplyDeleteBenar mbak.. InsyaAllah barokah..
DeleteMasih harus belajar istiqomah untuk menulis. Kadang-kadang memang mengambinghitamkan kesibukan. Padahal ide banyak.
ReplyDeleteSamaa mbak, apalagi kalo pas menggalau haha
DeleteSangat setuju sekali kak
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir, semoga kita semakin baik ke depannya. Amal maupun tulisannya..
Deletembak, saya termasuk orang yg pernah bercita-cita menjadi penulis. seringkali rasa malas itu menguasai. kini saya mulai belajar untuk menulis kembali, rasanya memang ada kepuasan sendiri saat saya bisa menulis, menuangkan apa yang ada dalam pikiran saya. terima kasih ya mbak, sy jadi lebih percaya diri untuk terus belajar menulis.
ReplyDeleteBaca tulisan ini bikin aku tertabok-tabok, tertampar-tampar mba .
ReplyDeleteAku teringat sama tugas jurnalku yang belum siap. Memang kalo dikasih alasan klise lagi-lagi soal waktu.
Tapi prioritas kita memang harusnya diperjelas biar menulis bisa kelar dengan sempurna.
Suka dengan quote ini. "Pena ibarat pedang, ia bisa membunuh bahkan tanpa menyentuh. Ia bisa melukai tanpa menusukkan belati. Maka perhatikanlah, ke arah mana penamu menari.." Memang sebuah berkah ketika punya ide nulis, dans ebuah kelegaan ketika sudah tertuang dan bermanfaat XD
ReplyDeleteAsyiikk ya jadi seorang penulis. Apalagi yang sudah menelurkan karya-karya yang terkenal. Tulisan kita juga bisa bermanfaat untuk orang banyak.
ReplyDeleteWah mantap komunitas menykis mmg sllu jadi booster untuk menulis ya. Setuju sm quotes terakhir, tulisan bisa jadi pedang. Tetap berhati2, semangat terus menulis kebaikan ya
ReplyDeleteWah, kita punya 5 kemenangan tiap hari dari kegiatan menulis, ya? alhamdulilah... jadi seperti diingatkan untuk nggak patah semangat, nih. Jadi mari menggali ide menuangkan dalam tulisan kebaikan, dan menebarnya ke mana saja. Supaya kebaikan makin menggema
ReplyDeleteBener banget ya Mbak Helmiyati, kata Cikgu Asri, kl udah nulis rasanya kita jd pemenang dong ya tulisannya berhasil keluar dari folder penyimpanan, berasa lega juga
ReplyDeletePenulis sekarang udah jarang yg menarikan pena mba say, menarikan jari iya. Wkwkwk. Tapi dulu 10 tahun lalu kayaknya saya masih rajin menarikan pena, waktu masih jadi pemburu berita di Jakarta. Sekarang mah udah pake jari weh semuanya. Wkwkwk.
ReplyDeleteKece banget ini saya suka quotenya. "Kerja keras akan mengalahkan orang berbakat, ketika orang berbakat tidak bekerja keras." Makasih yaaa, menghibur dan memotivasi sekali tulisannya.
Aku suka sekali dengan kata kata ini kak "Pena ibarat pedang, ia bisa membunuh bahkan tanpa menyentuh. Ia bisa melukai tanpa menusukkan belati. Maka perhatikanlah, ke arah mana penamu menari.." terimakasih sudah memotivasi.
ReplyDeletePekerjaan menulis adalah pekerjaan keabadian kata pramoedya. . Karena jejak menulis lebih panjang ketimbang penulisnya itu sendiri..nah tinggal konsisten menulisnya ... ini yang tidak mudah
ReplyDeleteWahh jadi makin smangat meski masih di lingkup nulis artikel blog aja kak. Mau belajar pelan2 pengen bikin buku sih.. Liat temen2 lain kok pada bisa... Jadi mikir, aku bisa nggak yaaaa..
ReplyDeleteThx kak semangatnyaa
Selamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)