Kisah Bumi, Bulan dan Bintang ll Ep. 4 – Telpon Kejutan

August 15, 2019


Rumah Langit. Begitulah kebanyakan orang menyebut kediaman Bumi dan Bulan. Mudah menemukan lokasinya karena strategis dan semua orang di kawasan itu mengenal keluarga Bumi dengan baik. Rumah yang terlihat ramah itu, siapa yang tahu pemiliknya sedang membicarakan sesuatu yang serius.


Bulan menghampiri suaminya yang sedang bersiap tidur.

“Ayah.. Ada apa dengan Bintang?” tanya Bulan tiba-tiba. Sontak membuat Bumi terbangun, memandang istrinya antara kaget dan takjub. “Kita udah menikah 13 tahun. Liat ayah sama kaya liat telapak tangan ibu.” Bulan menyenderkan kepalanya di bahu suaminya.

Bumi dengan lembut mulai mengelus-elus rambut istri yang telah memberikannya 2 (dua) orang anak tersebut. “Gimana menurut ibu? Bisa ya?”

“Allah bilang boleh. Masa ibu bilang ga? Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” [An-Nisaa’/4: 3].

“Kita bersama udah 13 tahun lamanya. Ibu tahu bagaimana ayah. Ibu tahu kalo ayah mampu. Ibu percaya ayah bisa berpoligami dengan baik. Kalo ayah merasa ini saatnya, ibu akan mendukung ayah.”

“Terima kasih bu, karena sudah percaya dengan ayah. Kamu memang istri terbaik di dunia. Bidadari surga.” Bumi memeluk istrinya dengan haru.

“Hanya saja karena kami wanita. Mungkin ada kalanya kami lalai menjadi istri yang baik untuk ayah. Ibu harap, ayah perluas sabar dan ikhlas untuk menghadapi kami nanti. Bagaimanapun ibu juga wanita dengan segala kefitrohannya.” Kata Bulan sambil menahan mata yang mulai berkaca-kaca.

Bagi Bulan pembahasan poligami bukanlah hal yang aneh. Dia dan suaminya telah mengenal sejak masih muda melalui guru-guru mereka. Sebagai sesama anak pesantren, Islam telah dekat dengan mereka.

Sejak awal menikah pembahasan ini pun telah dibawa Bumi dalam rumah tangga mereka, dengan tetap memperhatikan bagaimana perasaan Bulan. Bulan bersyukur karena itu. Tanpa terasa 13 tahun sudah berlalu, mereka bersama mengarungi bahtera rumah tangga. Dan kini angin sedang berubah arah di atas Rumah Langit.

**

Setiap pagi di BJT ada briefing. Dipimpin oleh Bumi sendiri bila ia tidak sedang ada agenda ke luar kota. Briefing ini bertujuan untuk menampung “uneg-uneg” karyawan seputar pekerjaan dan motivasi agar kegiatan hari itu berjalan lancar.

“Sebelum kita awali briefing dan pekerjaan kita hari ini. Mari kita awali dengan doa agar Allah memberikan berkah dan ridho atas jerih payah kita dalam menafkahi keluarga. Dibuka dengan bacaan Al Fatihah.. (dst)” kata Bumi.

Bintang yang berdiri di bagian kiri bersama karyawati lainnya selalu siap dengan buku di tangan untuk mencatat hasil briefing setiap hari. Yang nantinya ia melaporkannya secara tertulis sebelum jam istirahat. Biasanya Bumi akan menulis “komentar” atas hasil briefing yang kemudian dikirimkan ke masing-masing kepala bagian.

“Besok saya akan keluar kota untuk beberapa hari. Segala koordinasi nanti akan dipegang oleh Pak Riski yaa..” kata Bumi mengakhiri briefing pagi itu. semua orang kemudian kembali ke posnya masing-masing.

Karena banyaknya pekerjaan, Bintang menyelesaikan laporannya lebih lama. Hampir mendekati jam makan siang ia baru masuk ke ruangan Bumi. Dan di sana telah ada Bulan yang menyuapi Bumi makan siang.

“Maaf pak Bumi dan mbak Bulan, saya kembali nanti setelah selesai jam istirahat saja.” Kata Bintang yang benar-benar merasa canggung. Namun di luar dugaan, Bulan malah menyuruhnya untuk duduk menunggu karena Bumi sudah hampir selesai.

“Kamu mau ngasih laporan briefing?” tanya Bulan. Bintang menjawab dengan lirih. “Tunggu bentar yah, nanti kita keluar bareng, sekalian aku pulang.”

Begitu adegan selesai, Bintang langsung keluar. Mukanya merah seperti kepiting rebus. Meskipun kebersamaan mereka bertebaran dimana-mana, tapi mimpi apa Bintang semalam sampai berada di ruangan bersama mereka. Bintang seketika merasa seperti ‘obat nyamuk’ saja.

Bumi tersenyum melihat salah tingkah Bintang. Tapi melihat senyum itu, hati Bulan seperti tertusuk belati dingin. Bumi yang melihat perubahan istrinya segera menyadari apa yang terjadi. Segera ia memeluk dang mengecup kening istrinya.

“Ibuu.. Ibu tau kan bahwa ayah cinta banget sama ibu?..” Bumi meredakan cemburu Bulan dengan lembut. Bulan bersyukur suaminya tidak menanggapinya dengan meledek dan meledak, karena sebenarnya ialah yang meminta Bintang menunggui mereka. Mungkin bila ia bukan Bumi, pasti akan menyalahkannya dan menyuruh menanggung ‘akibat’nya sendiri, tanpa bersusah payah menenangkan. Ya dengan kata lain ialah yang sengaja membuat Bintang salah tingkah untuk meledek suaminya. Ah, wanita memang rumit.

Dan pergaulilah istrimu dengan (akhlak yang) baik. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allâh menjadikan padanya kebaikan yang banyak [An-Nisâ’/4:19]

**

Lusa keesokan harinya, tidak ada Bumi di kantor, suasana pun menjadi santai. Memang alamiah hampir semua karyawan dimana saja akan lebih rileks bila tak ada atasan, namun di BJT bukan karena Bumi menakutkan, tapi karena rasa sungkan padanya.

Bintang saja sudah berkeliling ke banyak divisi hanya untuk menyapa pada teman-teman wanitanya atau sekedar untuk ‘mencicipi’ camilan yang dibawa oleh mereka. Ketika ia kembali ke ruangannya, ia tidak percaya bahwa Bumi telah menelponnya sebanyak 5x.

“Eh, baru kali ini pak Bumi telpon? Tumben.” Bintang tidak merasa itu adalah telpon penting, karena ia memang tidak pernah berkomunikasi dengan atasannya tersebut lewat HP. Jam pulang telah dekat, segera saja ia membersihkan meja dan berkemas-kemas. Saat itulah Hp-nya berdering kembali. Dari Bumi. Refleks Bintang pun mengangkatnya.

“Bintang.. Hmm.. Begini saya menelpon kamu kali ini karena saya ingin mengutarakan sesuatu. Alasan saya karena ini memang diperbolehkan dalam agama kita. Dan istri saya tidak keberatan pula. Saya rasa kita bisa bersama-sama membangun keluarga yang sakinah.. bla bla bla.”

Bintang merasa seperti mendengar suara alien berbicara dalam bahasa asing. Otaknya tiba-tiba tidak mampu menangkap maksud Bumi. Apakah Bumi sedang bicara pernikahan?? Siapa dengan siapa?

“Pak.. Bisa anda lebih simple mengatakannya? Dengan Bahasa Indonesia yang sederhana?” Bintang memotong “ceramah” Bumi seakan-akan ia lupa bahwa Bumi adalah atasannya.

“Saya ingin menikahi kamu. Saya ingin kamu menjadi istri kedua saya..”

Bintang shock, dijauhkan hape dari telinganya, memeriksa bahwa kontak yang menelponnya memang kontak Bumi sang atasan di tempatnya bekerja. Bintang segera berlari ke pintu untuk menguncinya, takut ada orang yang mendengar dan berpikir yang bukan-bukan. Tiba-tiba tangan yang memegang hapenya bergetar.

Jawaban apa yang harus Bintang berikan??

Bersambung..

You Might Also Like

2 comments

  1. Kece ni cerbung.. suka banget dengan penggambaran isinya.. 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih yaa.. episode 5 udah realease lohh.. :)

      Delete

Selamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)