Ke pasar kota membeli selada
Tidak lupa bunga kamboja,
Sudah lama tidak jumpa
Jumpa lagi kali ini dengan dorama dari
negeri sakura.
Kita pake mesin waktu yuk, ke tahun
2016. Ada dorama yang bagi saya cukup menggelitik nih. Judulnya We Married As A
Job atau judul dalam bahasa Jepangnya Nigeru wa Haji da ga Yaku ni Tatsu. Agak
belibet di lidah kita ya bahasa Jepang ini.
Saya ‘nemu’ dorama ini ketika getol
banget nonton “Who Rule The World” nya cici Lusi. Dibela-belain nonton yang
legal di aplikasi streaming berbayar, karena di sana update lebih cepat. Tapi
di sela-sela menunggu, aplikasi itu juga menawarkan banyak drama Asia lainnya.
Termasuk drama yang diperankan oleh Aragaki Yui dan Hoshino Gen ini.
Dorama ini termasuk ringan ditonton, cuma
11 episode dengan durasi yang tidak terlalu panjang di tiap episodenya. Meski
jalan cerita mudah ditebak, tapi sisi komedi dalam dorama ini cukup
menyenangkan dan menggambarkan keadaan masyarakat zaman kini, secara khusus di
Jepang sendiri. Dan secara umum masyarakat di seluruh dunia, terutama dalam
cara pandang mereka memaknai sebuah pernikahan.
SINOPSIS
Moriyama Mikuri tidak beruntung dalam hal pekerjaan, meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya, pada akhirnya tetap saja dia tidak mendapatkan perpanjangan kontrak dari tempatnya bekerja.
Singkat kata, ia pun menjadi
pengangguran, yang membuat ia menjadi sedih dan tidak bersemangat. Mencari
pekerjaan amat sulit sekalipun ia adalah seorang sarjana dan merupakan seorang
yang pandai. Ayah dan ibunya kemudian merekomendasikan ia menjadi asisten rumah
tangga panggilan di rumah Tzusaki Hiramasa. Karena Mikuri sangat menginginkan
sebuah pekerjaan, secara rutin ia menjadi ART di rumah Hiramasa dan menjalin
kedekatan.
Orang tua Mikuri memutuskan untuk
pindah ke pedesaan, namun Mikuri ingin tetap tinggal di Tokyo. Supaya tetap
tinggal di Tokyo, Mikuri dan Hiramasa menikah. Semua keluarga bahagia, namun
yang tidak semua orang tahu, bahwa pernikahan mereka sebenarnya adalah
pernikahan kontrak dimana Hiramasa bukan suami namun atasan Mikuri dan Mikuri
bukan istri namun bawahan Hiramasa yang bertugas mengurus Hiramasa dan rumahnya.
Alih-alih mendapat nafkah, Mikuri setiap bulannya mendapatkan gaji dan
tunjangan-tunjangan lain yang biasanya didapatkan oleh buruh kerja.
Semakin berlalunya waktu, mereka pun
jatuh cinta dan memutuskan menjadikan pernikahan yang ala kontrak kerja di
sebuah perusahaan, menjadi pernikahan sungguhan selayaknya suami-istri pada
umumnya. Sebagai pasutri baru mereka pun menghadapi berbagai ujian seperti
adanya gangguan pihak ketiga, permasalahan finansial, kontrak pernikahan yang
ketahuan, perbedaan karakter dll. Sampe ada adegan Mikuri yang kabur ke rumah
orang tuanya. Namun dorama ini berakhir happy ending dengan kekuatan cinta
sebagai perekatnya.
Ilustrasi. Sumber : PngTree |
SISI LAIN
Dorama ini sebenarnya gambaran keadaan rumah tangga pada umumnya. Konflik-konflik yang terjadi hampir semua ada dalam setiap rumah tangga, jadi kisah ini dekat banget dengan kehidupan masyarakat.
Namun hal yang perlu disoroti adalah
bagaimana banyak orang, baik laki-laki maupun perempuan salah dalam memandang
pernikahan. Rumah tangga disamakan dengan perusahaan dimana suami dan istri
memiliki jobdesk yang berbeda. Laki-laki sebagai suami adalah pimpinan
tertinggi atau atasan, sementara istri adalah manager kecil di dalam rumah atau
bawahan.
Pandangan hidup yang seperti ini
terjadi karena dibentuk oleh system hidup kapitalisme dan sekulerisme, yang memandang
segala sesuatu berdasarkan asas materi atau manfaat dan jauh dari aturan agama.
Manusia secara sadar dan tidak sadar meletakkan kebahagiaan hidupnya pada
peraihan materi yang dicapainya.
Hiramasa dan Mikuri memutuskan menikah
kontrak setelah menghitung bahwa pengeluaran akan lebih sedikit dan lebih
banyak keuntungan bila mereka menikah. Karena menikahi Mikuri, Hiramasa jadi
ada yang masakin, masakan rumah lebih hemat daripada beli. Tidak mudah sakit
karena ada yang memperhatikan kesehatan, Mikuri punya tempat tinggal dan makan
gratis dll. Awal problem ini juga dimulai dari sulitnya mendapat pekerjaan di
Jepang, padahal biaya hidup tidak gratis. Dan kalo kita belajar lebih jauh
lagi, tingkat pengangguran yang tinggi berhubungan dengan system ekonomi
kapitalisme yang dipakai oleh dunia saat ini.
Dalam Islam, seorang istri bukanlah
mitra (syarikah) hidup suami. Melainkan istri lebih merupakan sahabat
(shahibah) suami. Pergaulan diantara keduanya bukanlah pergaulan kemitraan
(perseroan). Pergaulan di antara keduanya tidak lain adalah pergaulan
persahabatan. Satu sama lain merupakan sahabat sejati dalam segala hal, yaitu
persahabatan yang dapat memberikan kedamaian dan ketenteraman satu sama lain
(Ref : Kitab Sistem Pergaulan Dalam Islam Oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani Bab
Kehidupan Suami Istri).
Akad nikah dalam Islam adalah akad
untuk istirahat uh al-manafi atau mendapatkan izin menggunakan jasa/manfaat
nikah. Pernikahan yang disamakan dengan perusahaan berarti melakukan akad
attijaroh, yakni akad yang hanya mendapatkan jasa/manfaat dengan kompensasi.
Meskipun sama-sama dilakukan terhadap jasa namun keduanya berbeda.
Dalam akad nikah, jasa yang berupa
layanan luar dalam suami istri hanya boleh dinikmati oleh pasangan. Tidak boleh
dipindahkan/diberikan kepada yang lain. Namun dalam akad tijarah seorang muslim
bisa melakukan akad dengan siapapun untuk mendapatkan jasa, bahkan tanpa memandang
agamanya (Ref : Muslimah Media Center).
Pernikahan dalam Islam juga disebut
Mitsaqan Ghalidza atau perjanjian agung. Karena perjanjian ini sangat agung,
dalam Alquran perjanjian ini disejajarkan dengan perjanjian agung antara Allah
dan rasul-Nya. Sehingga sangat tidak pantas dan tidak pada tempatnya bila
menjadikan pernikahan sebagai permainan atau kontrak yang bisa
diperjual-belikan.
Sebuah pernikahan adalah jalan meraih
ridha Allah, ia adalah amal yang juga merupakan ibadah. Jika pernikahan dinilai
tak ubahnya seperti perusahaan, maka ia jauh dari tujuan pernikahan yang
hakiki.