Raya and The Last Dragon : (Analogi) Kisah Fiktif Runtuhnya Khilafah dan Akibatnya
REVIEW May 30, 2022
Kalo ditanya apakah suka nonton film petualangan atau anak-anak? Jawabannya adalah tidak juga. Film seperti ini yang saya tonton sejauh ini kurang dari 5 (lima) biji. Dan yang nonton di bioskop Cuma Petualangan Sherina. Wah, tahun kapan itu ya? Sampe si Sherinanya sendiri udah dewasa.
Film
petualangan lain yang pernah ditonton ada How To Train Your Dragon 1, Kungfu
Panda 1 dan Frozen. Udah, kayanya itu aja. Mungkin juga karena kurang referensi
juga. Kira-kira film petualangan anak-anak yang rekomend apa lagi ya??
Sebelum
mengenal drama Korea, drama Turki dan drama Mandarin (hihi) ada series film
Harry Potter yang ga pernah ketinggalan untuk nonton, bahkan sekali-sekali
masih re-watch sampe sekarang. Tapi bagi saya film-film Harry Potter ini bukan
film anak-anak deh.
Tapi suatu
ketika saya termakan iklan alias cuplikan film yang sedang lewat entah di
beranda mana. Produksi Disney tahun 2021. Sebuah film animasi. Yup, film yang
saya maksud di sini judulnya adalah Raya and The Last Dragon!
Nama
pemeran utama wanitanya aja udah mengingatkan ama lagu kebangsaan kan :
Indonesia Raya. Dan memang film ini banyak sentuhan Asia Tenggara-nya.
Keragaman ini bisa terlihat dari motif, warna, arsitektur, makanan, nilai,
kebiasaan hingga adat istiadat. Dewa Barata dan Emiko Susilo merupakan pegiat
budaya yang merupakan salah satu tim konsultan dalam pembuatan film ini.
Menurut
saya film ini keren dan menyimpan sebuah analogi tentang sejarah besar dunia.
Wah!
SINOPSIS
Dahulu kala ada suatu masa dimana rakyat hidup harmonis, damai dan sejahtera. Bahkan manusia hidup bersama naga tanpa rasa takut. Dunia ini bernama Kumandra (Serius, nama ini mengingatkan saya pada nama pendekar tanah Jawa, entah baca dimana)
Namun
Kumandra yang damai itu kemudian porak-poranda karena serangan jahat monster
bernama Druun. Para naga yang memiliki kekuatan istimewa pada akhirnya memang
bisa mengalahkan Druun, namun entitas mereka nyaris musnah, semua naga telah
menjadi batu. Naga meninggalkan warisan berupa sebuah permata yang merupakan
segel Druun. Permata ini dijaga oleh Chief Benja, pemimpin negeri Hati.
Meski
Druun sudah tidak ada, sayangnya manusia malah berebut permata. Negeri yang
dulunya satu itu kemudian pecah menjadi 5 (lima) negara : Ekor, Kuku, Tulang,
Taring, Hati. Negara lain iri kepada negeri Hati yang makmur karena menganggap
kemakmuran mereka terjadi karena adanya permata di wilayah mereka. Sehingga
semua bersikeras untuk membawa permata itu ke negeri mereka.
Perebutan
permata justru membuat permatanya pecah, masing-masing negara memang
mendapatkan pecahan permata tersebut, namun harga mahal harus dibayar oleh
mereka : kembalinya Druun. Karena Druun kembali, nyaris semua manusia berubah
menjadi batu, sedikit orang dari 5 negara tersebut yang selamat, salah satunya
adalah Raya, putri Chief Benja.
Cerita
kemudian berlanjut kepada Raya yang berusaha membangunkan naga terakhir dan
menyatukan kembali Kumandra agar semua rakyat yang berubah menjadi batu kembali
menjadi manusia.
SISI LAIN
Percaya ga kalo saya katakan bahwa benang merah cerita Raya and The Last Dragon mirip banget dengan sejarah besar dunia. Yakni mengenai Khilafah, sebuah system pemerintahan dalam Islam. Saya bahkan curiga, jangan-jangan penulis skenarionya pernah mengkaji hal ini. Hehe
Dulu, umat
Islam mengalami kejayaan di bawah naungan Khilafah. Berjaya selama hampir 14
abad. Saat Eropa berada dalam era kegelapan, dunia Islam telah terang
benderang. Saat Eropa masih sibuk membakar wanita karena dituduh penyihir,
Muhammad Al Fatih, Sultan Muda Turki Ustmani telah menaklukkan Konstantinopel,
negara adidaya di masa itu.
Bahkan
pada masa Umar bin Abdul Aziz, salah seorang Khalifah dari masa Bani Umayyah,
rakyat hidup sejahtera hingga enggan menerima zakat. Bahkan dikatakan hewan
buas pun tak berbahaya bagi manusia karena hidupnya ikut sejahtera. Menyerahkan
aturan kehidupan pada syariat Islam memang benar telah membawa rahmat bagi
seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin).
Perbedaan
bangsa, ras, suku, budaya dan bahasa tak menjadi masalah karena umat
dipersatukan oleh akidah Islam. Inilah yang disebut dengan Ukhuwah Islamiyah.
Bahkan masyarakat non-muslim yang benaung di bawah Khilafah, hidup dengan aman
dan sejahtera. Agama, harta dan nyawa mereka juga dilindungi oleh Khilafah.
Seperti
Kumandra bukan?
Namun umat
manusia menuju kehancuran ketika Khilafah runtuh pada tahun 1924. Sekulerisme,
liberalisme menjauhkan umat dari agama, hingga tak mau lagi diatur dengan
aturan dari Allah. Bahkan Islam dicampakkan, diganti aturan buatan manusia yang
tak akan pernah sempurna. Padahal Syariat seperti Permata Naga yang menjaga
agar Druun tidak hidup kembali.
Akibatnya?
Dunia Islam pecah menjadi 55 negara; seperti Kumandra yang pecah menjadi 5
negara. Dunia kini dibatasi oleh sekat nasionalisme, sehingga tak sanggup
menolong saudaranya yang sedang terjajah seperti Palestine, Uighur, Rohingya
dll. Belum lagi kehancuran dalam aspek yang lain seperti makin tinginya tingkat
kemiskinan, makin sekulernya pendidikan, makin liberalnya kehidupan, rusaknya
hubungan pria dan wanita dsb.
Baik
Kumandra maupun dunia saat ini salah melakukan diagnose. Bahwa Rahmatan Lil
Alamin bisa diraih dengan usaha masing-masing asal memiliki permata
sendiri-sendiri (aturan), ini salah besar! Padahal Rahmatan Lil Alamin hanya
bisa diraih dengan Ukhuwah Islamiyah, bersama menegakkan syariat Allah sebagai
aturan kehidupan di muka bumi.
Seperti
Raya yang berhasil menyatukan kembali pecahan permata naga dan mengembalikan
dunia Kumandra ke keadaannya semua. Dunia Islam pun akan kembali pada kejayaan
dan kemenangannya.
"Nubuwwah
(zaman kenabian) ada pada kalian sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan
ketika Dia menghendakinya. Kemudian khalifah diatas manhaj nubuwwah sampai Allah
kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia mengehendakinya. Kemudian kerajaan
yang menggigit sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia
mengehendakinya. Kemudian, kerajaan yang diktator sampai Allah kehendaki,
hingga dihilangkan ketika Dia mengehendakinya. Kemudian Khalifah di atas Manhaj
Nubuwwah. Kemudian beliau diam." (HR Ahmad, Hadis Hasan).
Sekarang
kita berada di fase ke-4 yakni fase dictator. Dimana umat mengalami
keterpurukan paling parahnya. Sebab hilangnya ruh Islam dalam segala aspek
kehidupan. Namun masa ini akan berakhir, masa Khalifah di atas Manhaj Nubuwwah
itu akan kembali.