Deliler : Ibu Kita Khilafah!
September 23, 2021
Sejak kenal lebih dekat dengan drama Turki dari Dirilis Ertugrul dan Kurulus Osman, jadi kepincut ama drama-drama Turki yang lain. Tapi hanya khusus drama-drama action historical. Karena drama dan film Turki jenis ini, sudah pasti akan “menceritakan” kejayaan masa Islam, meskipun disebut dan digambarkan (tentu saja) tidak akurat 100%
Daerah Turki sekarang merupakan bekas
kekuasaan Konstatinopel (Romawi) yang kemudian ditakklukkan oleh Khalifah
Muhammad Al Fatih. Namun sebelum era Turki Ustmani, sekitar daerah itu juga
merupakan daerah koloni kabilah-kabilah muslim.
Karena kesuksesan Muhammad Al Fatih
menaklukkan konstatinopel, Turki telah membuat banyak drama tentangnya dari
berbagai sudut pandang. Tidak heran sih, karena Khalifah inilah yang mebuktikan
bisyarah Rasulullah SAW,
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya
adalah sebaik-baik pasukan” (HR Ahmad).
Penaklukkan
Konstatinopel terjadi kurang lebih 850 tahun setelah Rasulullah SAW wafat. Dan itu
di tangan seorang pemuda berusia 21 tahun! MasyaAllah!
SINOPSIS
Deliler sebenarnya bukan kisah tentang bagaimana Sultan Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstatinopel, tapi tentang perjuangan sepeleton pasukan yang dikirim oleh Sultan Muhammad Al Fatih setelah penaklukan Konstatinopel untuk memadamkan pemberontakan.
Siapa yang
memberontak? Dia adalah Pangeran Vlad Tepes dari Wallachia.
Wallachia sebenarnya
daerah kecil yang menyatakan takluk pada kekuasaan Islam secara damai, sebagai
bentuk kesungguhannya, penguasa Wallachia waktu itu mengirim anaknya, si Vlad
Tepes ini ke Turki Ustmani. Vlad di Turki dibesarkan di Istana bersama Muhammad
Al Fatih dan diperlakukan seperti anak sendiri. Namun iri dan dengki tetap
tidak bisa dihapus dari hatinya.
Ketika Vlad kembali
ke Wallachia untuk mengambil alih kekuasaan, dia pun berubah kejam. Ia suka
membantai orang-orang muslim, memaku kepala mereka dan menggantung kepala
mereka di atas tiang-tiang yang tinggi. Jasad-jasad manusia yang ia bunuh
ditumpuk bagai tusuk sate. Prajuritnya tak segan menjarah desa, memperkosa
wanita dan merampas harta benda.
Sebagai pemimpin dunia
Islam, tentu Sultan Muhammad Al Fatih tidak tinggal diam. Ia meminta Deliler “membuka
jalan” untuk menghukum Vlad Tepes. Jumlah pasukan Deliler ini ga banyak, ga
lebih dari (sepuluh) orang, tapi mereka
memiliki kekuatan yang hebat.
Tapi sehebat-hebatnya
Deliler, jumlahnya cuma beberapa biji. Apa iya bisa mengalahkan Vlad dan
pasukannya yang skalanya udah skala negara?? Ternyata enggak dong! Maksudnya
ternyata Sultan Muhammad Al Fatih tidak meninggalkan Deliler sendirian, ketika
tiba waktunya berada di medan perang, pasukan Turki Ustmani dating dan
memadamkan pemberontakan. Vlad Tepes mati dalam perang tersebut.
SISI LAIN
Salah satu etika perang dalam Islam, walaupun udah tau kejamnya si Pengkhianat, tetap Dakwah dulu diutamakan. Karena itu sebelum memulai perang, seorang Khalifah akan mengirim utusan kepada “calon” musuh, diberi pilihan-pilihan. Untuk kejahatan sekelas Vlad, maka diminta untuk menyerahkan diri baik-baik sehingga tidak perlu ada perang.
Tapi yang namanya
hati dah tertutup oleh kebenaran, Vlad malah memaku kepala si Utusan. Pecahlah
perang! Deliler berangkat ke Wallachia. Dalam perjalanan, mereka bertemu
beberapa halangan dan rintangan, seperti bertemu prajurit Vlad yang merusak
desa, disergap tiba-tiba dsb. Dalam perjalanan itu pula beberapa anggota
Deliler syahid.
Pada masa pemerintahan
Muhammad Al Fatih, pada masa itu bentuk negara adalah Khilafah, sebuah system kepemimpinan
umum terhadap seluruh kaum muslimin di dunia. Jadi, Deliler ini adalah
tentara-tentara Khilafah.
Sebelum berangkat,
Gokkurt (nama pemimpin Deliler) dan teman2nya diberi pesan oleh ‘guru’ mereka, “Kenapa
negara disebut sebagai ibu? Karena dia tidak akan pernah meninggalkan
anak-anaknya”
Dialog ini secara
simbolis menerangkan bahwa meski Deliler dikirim ‘sendirian’, tapi pada
akhirnya Khilafah akan dating untuk mereka. Ternyata pas ending, ketika Deliler
benar2 berhadapan dengan Vlad dan pasukannya, dikepung oleh ranjau pula,
pasukan Turki Ustmani dating dan menumpas Vlad bersama Deliler. Turki Ustmani
pun menang.
Dari film ini, secara
tersirat dapat kita tangkap makna pentingnya, bahwa kaum muslimin sebenarnya
punya ibu yang selalu melindungi kita; ibu kita yaitu Khilafah. Tentu saja bukan
hanya dalam keamanan dan militer. Tapi Khilafah memastikan agar hukum syariat
ditegakkan dalam seluruh aspek kehidupan dan ummat hidup dalam rahmat
karenanya.
Beda ya dengan jaman sekarang. Ketika Khilafah runtuh pada tahun 1924 digantikan oleh sistem kehidupan kapitalisme-demokrasi, umat muslim bagai anak ayam kehidlangan induknya. Umat muslim bagai buih di lautan. Banyak sih tapi ga bisa apa-apa. Kemaksiatan merajalela dan penjajahan terhadap negeri-negeri muslim masih terjadi. So Sad..
0 comments
Selamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)