Tak Lari Gunung Dikejar
March 16, 2018
Aishe
.
.
Aishe
tegang. Tapi ia sedang bekerja, menghadapi komputer di kubikelnya. Masalahnya,
jika ia tidak pulang sekarang, ia akan ketinggalan kuliah malamnya. Ah, nasib
jadi anak magang, pulang tidak bisa tepat waktu, akhirnya boss memberi tugas
tambahan kepada karyawan yang masih dia lihat.
..
Aishe
bisa saja menolak, tapi itulah ketidakberdayaan anak magang, ia masih ingin
hidup paling tidak untuk 2 minggu ke depan. Saat masa magangnya berakhir.
..
Boss
Aishe adalah sepasang suami istri yang ‘serius’, jarang Aishe melihat mereka
tertawa. Dan kali ini selain merasa suram, Aishe kesal karena ‘dicuekin’ ketika
laporannya telah selesai. Pikirannya kemana-mana, tapi ia mendengar percakapan
mereka yang tidak ia mengerti.
..
“Pa, Sulaiman sudah pulang?” Tanya
Kartika
“Belum” Jawab Han
“Kenapa?”
“Dia hanya akan pulang bila menemukan istri
di sini.”
Kartika
tertawa kecil. Aishe memutar matanya. Ia melirik jam dinding di ruangan tsb. Cemasnya
sudah hilang, berangkat sekarang pun terlambat. Mungkin malam ini, tuhan
menginginkannya istirahat sejenak, tidur dalam durasi lebih lama.
“Lalu apa masalahnya?” Tanya sang nyonya
lagi.
“Tidak ada yang cocok.” Jawab si Tuan
singkat.
“Seperti apa yang dia inginkan?”
“Entahlah, mungkin yang penampilannya
memakai gamis, kerudung besar dan tidak memakai make up.”
“Ah, yang radikal..” Suami istri itu pun
menyeringai.
“Bagaimanapun dia adikku.” Lanjut Han.
“Berarti yang seperti Aishe tidak akan
dilirik ya?”
Aishe
berteriak girang ketika namanya di sebut. Akhirnya Kartika menyadari
keberadaannya. Aishe sudah kepalang pusing, jadi ia hanya tersenyum saja ketika
memberikan laporan tsb. Ia pamit kemudian langsung berlari begitu menutup pintu
ruangan bossnya.
Hanphone
Han berbunyi, sebuah panggilang masuk dari Sulaiman.
=====================================================
Man
.
.
Setahun
berlalu, sejak terakhir kali (meskipun entah yang keberapa) Han menawarkan
adiknya beberapa wanita sebagai kandidat istrinya. Tidak ada yang Man suka. Ia sudah
mengatakan dengan jelas seperti apa perempuan yang dia sukai. Ah, tapi dia lupa
bahwa ia sudah tak se-’pemikiran’ dengan kakak yang sudah ia anggap sebagai
pengganti orang tuanya itu.
..
Pada
akhirnya ia kembali ke sana. Ke kota kelahirannya, membantu Han dengan menjadi
tangan kanannya. Meskipun masih bersikokoh menjadi Jomblo Fi Sabilillah. Ia bertekad
hanya akan menikah dengan seorang wanita yang dipilih oleh Han. Han bilang
bahwa type wanita idamannya terlalu tinggi. Ah, Han tidak sadar saja, bahwa ia
mencari di tempat salah.
..
“Man, mau nikah ya nikah aja. Kamu tinggal
tunjuk aja cewek mana yang harus mas lamarkan. Mas sama mbak sudah pusing soal
ini, ga bisa bantuin lagi.” Kata Han di suatu sore.
“Mas sama mbak ga serius sih carinya. Salah tempat.”
Man menimpali sambil tersenyum.
“Kok bisa?”
“Cari wanita baik-baik bukan di arisan
sosialita mbak Kartika, bukan di club mobil mewah mas Han. Tapi carinya di
masjid, majelis taklim. Cobalah mas..”
Dan
Han tertawa terbahak-bahak kala itu.
=====================================================
2
tahun kemudian
.
.
“Mbak, karyawan baru udah ada? Yang gantiin admin
pelayanan?” Tanya Man tanpa berbasa-basi dengan Han yang juga ada di
ruangan itu.
“Ada dong. Alhamdulillah dapet di majelis
mbak.” Jawab Kartika.
“Ah mbak, cari karyawan baru cepet, cari
istri buat Man lama banget. Untung Man masih muda. Kapan karyawan barunya
di-interview?”
“Eh udah mulai kerja pagi ini, ga usah
interview, ga usah training, dia dulu pernah magang di sini.”
Man
mengangguk-angguk lega, Han tersenyum memandangi istrinya. Ia bersyukur masih
hidup sekarang. Memanfaatkannya untuk bertaubat dan hijrah bersama. Lamunannya buyar
ketika ada ketukan pintu dan karyawan baru yang sedang mereka bicarakan masuk.
Kartika yang pertama kali menyambutnya, dengan senyum dan pelukan. Dia adalah
Aishe
..
Setelah
urusannya selesai, Aishe pun keluar. Man mendekati kakaknya dan membisikkan
sesuatu.
=======================================================
=======================================================
Aishe
lulus kuliah dengan baik setelah melewatkan masa magang dengan baik pula. Setelah
itu ia sibuk mencari pekerjaan kesana-kemari. Tidak mudah, sekalipun dia
pintar. Bahkan tidak ada lowongan di tempat magangnya dulu.
..
Hingga
akhirnya dia diterima di sebuah lembaga pendidikan Islam. Salah satu syarat
bekerja di sana adalah harus berpakaian syar’i dengan jilbab longgar dan
kerudung besar. Aishe kesal saat itu, dia tidak pernah memakai semua itu
kecuali hari raya, namun demi sebuah pekerjaan ia melakukannya.
..
Setahun
di sana, Aishe mengamati sambil belajar. Teman-teman shalihah merangkulnya. Hingga
ia tak pernah menyesal telah berubah dan mengenal mereka. Setahun kemudian, ia
bertemu dengan Kartika. Ia melakukan hal yang sama seperti yang teman-teman
shalihahnya lakukan padanya : merangkul Kartika.
..
Kartika
pun berubah, suaminya juga. Mereka hijrah bersama. Juga tidak pusing lagi soal
jodoh untuk Man. Karena Man tidak pernah lagi menyinggungnya. “Mereka sedang menikmati nikmatnya menemukan
iman kembali.” Begitu pikir Man.
..
Hingga
hari itu, Man melihat Aishe untuk pertama kali, sementara Aishe tidak
melihatnya sama sekali. Man langsung meminta Han untuk melamarnya, dan butuh
waktu sebulan hingga pernikahan dilangsungkan.
..
“Sekarang aku menyadari kenapa aku baru
menikah sekarang. Jika aku menikah 3 tahun lalu, saat pertama kali mas dan mbak
memperkenalkan teman-temannya, mungkin mbak tidak akan bertemu denganmu yang
merangkul mereka untuk hijrah bersama. MasyaAllah rencana Allah lebih indah.” Man
tersenyum memandangi Aishe, pengantinnya yang cantik.
“Aku rasa, pertama kali aku tahu tentang
dirimu adalah saat mas dan mbak membicarakanmu. Saat itu aku mengantar laporan
tapi mereka cuek. Sekarang aku sadar, bahwa takdir untuk kita sedang berjalan
saat itu.” Kata Aishe syahdu.
“Anna
Uhibbuki Fillah” Dan malam pun semakin larut.
.
.
Jember,
16 Maret 2018
Helmiyatul
Hidayati
0 comments
Selamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)