Ekskull : Kala Perundungan Berakhir Menjadi Kematian. Salah Siapa??
September 30, 2020Tahun 2006 lagi ada di fase apa?? Kalo saya waktu itu masih baru kelas 1 SMA. Tahun itu belum punya gadget macam sekarang yang bisa buat nonton film. Tapi ternyata di tahun itu ada sebuah film bagus yang diproduksi oleh sineas Indonesia. Mengangkat tema bullying di sekolah, judul film ini adalah EKSKULL.
Entah tahun berapa saya menonton film ini di televisi,
yang jelas sekali nonton aja masih keinget ceritanya sampe sekarang. Dan film
ini beneran mengandung bawang. Bikin nangis sampe kebayang-bayang.
Film ini ternyata meraih banyak penghargaan di tahun
tersebut, meskipun ada juga kontroversi yang menyertainya. Wah, ga kerasa udah
14 tahun berlalu aja..
Ngomongin soal film bullying sebenarnya banyak negara
juga memproduksi drama dengan mengangkat tema ini. Boys Before Flowers drama
Korea (a.k.a Meteor Garden kalo di Taiwan) aja sebenarnya ada kisah
bullyingnya, yakni ketika Geum Jan Di jadi ‘sasaran’ F4. Buat yang pernah
nonton film Jackie Chan yang judulnya Karate Kids, nah itu juga mengangkat tema
Bullying loh.
SINOPSIS
Joshua, yang diperankan oleh Ramon Y Tungka adalah
seorang pelajar SMA yang selalu mengalami hari-hari buruk karena selalu dibully
di sekolahnya. Tidak ada hari tanpa dia mendapat hinaan, celaan dan bahkan
hujatan. Bahkan, ada adegan dimana kepala Joshua sampai dimasukkin ke closet
loh ama temen-temennya.
Keadaan Joshua diperparah dengan kondisi keluarganya yang
tidak mendukung. Sang ayah kerap kali melakukan kekerasan fisik, sementara ibu
tidak memberikan perhatian. Bayangkan bertapa menderitanya hidup Joshua yaa,,
Lain di rumah, lain pula di sekolah. Meskipun intinya,
keadaan di sekolah pun tidak mendukung. Guru lebih condong membela pembully
karena ada kedekatan emosional dan finansial.
Akhirnya Joshua menjadi orang yang tidak bisa percaya
pada siapapun. Beberapa orang yang dekat dengannya akhirnya tidak sempat
mengajak dia untuk lebih ceria dan bersemangat. Tekanan yang begitu keras
membuat dia akhirnya mengambil Tindakan nekat dengan menyandera 6 (enam) orang
teman yang selalu membullynya.
Dengan menggunakan pistol yang ia beli dari perdagangan
gelap, ia memaksa para pembully agar saling menyiksa satu sama lain dengan cara
yang pernah mereka lakukan kepadanya. Puncaknnya adalah ketika ia menggantung
badan temannya di atas Gedung sekolah. Tentu orang akan berpikir bahwa Joshua
akan mendorong si pembully, tapi ternyata Joshua menembak kepalanya sendiri.
Sumber Foto : Mediasiar
SISI LAIN
Bullying atau perundungan adalah adalah penggunaan kekerasan,
ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain.
Kasus perundungan tidak jarang terjadi di sekolah/sector Pendidikan.
Banyak yang menjadi factor penyebabnya,, selain factor lingkungan,
didikan orang tua dan kondisi sekolah yang tidak kondusif. Tontonan kekerasan,
dampak negative gawai dan penghakiman media social merupakan pemicu anak
melakukan perundungan. Tidak sedikit dari kasus perundungan, berakhir dengan
korban memilih untuk bunuh diri.
Tentu saja fenomena ini bikin was-was, bahkan di Indonesia
sendiri hampir setengah dari selurus siswa mengaku pernah mengalami
bullying/perundungan. Hasil ini didapat dari penilaian Siswa Internasional/OECD’s
Programme for International Student Assessment (PISA) 2018.
Bullying bisa kita sebut sebagai duri dalam Pendidikan, tidak
hanya di Indonesia, tapi seluruh dunia pada umumnya. Kondisi ini rasanya tidak ada
habis-habisnya, sementara soslusi untuk menghadapinya biasanya hanya pada
tataran kuratif, ketimbang preventif. Artinya kalo sudah ada kejadian baru
sibuk memikirkan langkah penyelesaiannya, padahal korban terus berjatuhan. Inilah
buah dari system pendidikan sekuler (memisahkan agama dari kehidupan
-pendidikan-) di masa sekarang.
Beda lagi dengan pendikan Islam, ia memberikan perhatian
kepada generasai bahkan sejak dini. Peran negara, masyarakat dan keluarga begitu
luar biasa dalam membentuk karakter dan kepribadian mereka. Selain control media
yang ketat oleh negara dengan melindungi anak-anak dari tayangan-tayangan
sampah. Remaja juga disibukkan dengan ketaatan, baik memaca, mendengar atau
menghafal Alquran, hadis, kitab-kitab tsaqafah para ulama tau berdakwah
ditengah-tengah umat dsb. Jangan lupakan produktivitas mereka dalam melakukan
riset dan membuat penemuan baru. Sehingga mereka tidak akan sibuk melakukan
maksiat.
Jember, 30 Sept 20
25 comments
Betul memang. Jika disibukkan dengan belajar ilmu agama, maka tidak akan sibuk melakukan maksiat :)
ReplyDeletehihihi saya jadi throw back ke jaman F4.
ReplyDeleteBaru tau film ini, dan filmnya juga lumayan dark ya Kak.
Karena si tokoh utama bisa membuat yang membully nya saling menyiksa dan akhirnya bunuh diri.
Setuju dengan apa yang kakak sampaikan bahwa pendidikan agama itu penting untuk menjadi dasar akhlak dan karakter anak.
Bener, bahaya banget nih bullying karena pasti bikin trauma korban seumur hidup. Dan setuju banget kalo Islam mengajarkan remaja untuk produktif belajar banyak hal, agat tidak berkesempatan maksiat.
ReplyDeleteAdik saya perempuan juga korban bullying di sekolah. Dia dibully karena terlalu pintar. Yg ngebully pun kadang kakak kelasnya. Dan itu masih membekas di ingatannya sampai sekarang. Benar-benar parah dan bisa berujung depresi.
ReplyDeleteWah jadi ikut flashback ke tahun 2006 😁.
ReplyDeletePendidikan agama dan budi pekerti menjadi salah satu cara untuk mengurangi hal-hal seperti ini.
Tentunya sutradara ingin mengajak kita "Melek" untuk sadar bagaimana bahaya dari bullying ini, bukan tidak mungkin korban akan mengalami depresi berkepanjangan.
ReplyDeleteCintoh kasus yang pernah heboh di televisi, korban sampai bunuh diri sedang pelaku merasa tidak bersalah. Jangan sampai hal tersebut terulang kembali
Saya lupa-lupa ingat sudah pernah atau belum menontonnya. Tapi baca tulisan ini saya jadi tertarik nonton lagi. Ada di netflix nggak ya? harusnya makin banyak film dan media mainstream yang mengangkat issue bullying biar anak-anak bisa tahu bahayanya tindakan bully. Kita sebagai ortu juga wajib mendidik anak untuk tidak menjadi pelaku bullying dari berani speak up saat jadi korban.
ReplyDeleteTahun 2006 saya udah syibuk jadi buruh hehehehe. nggak sempet nonton film ini. tapi emang ya bullying itu masalah sangat krusial di kalangan anak bahkan sampai orang gede ya. Semoga saja makin banyak orang yang peduli sama orang lain dan gak ada lagi bullying yang merenggut nyawa. Amin
ReplyDeleteEkskul tahun 2004. Itu sudah lama sekali.. sebagai anak muda ilmu agama itu penting banget Dan kegiatan yng positif juga mempengaruhi anak anak
ReplyDeleteGak nyangka endingnya tragis. Sebagai orang tua, harus lebih perhatian dengan sikap perilaku anak2nya. Termasuk harus memberikan pondasi agama yang kuat.
ReplyDeletetahun 2006 saya mausk dunia kerja setelah lulus kuliah D3, ketahuan ya usia saya berapa, hahahaha.
ReplyDeleteaku pernah nonton film ekskul, sedih endingnya. menurutku, kasus joshua di indonesia banyak banget. mungkin gak sampai balas dendam ya, tapi suicide? banyak. bulying bukan hanya disekolah, dirumah juga apalagi sama orangtua. duuhh ini nih awal mula semuanya. rumah adalah pondasi awal dari karakter dan perkembangan psikolgis anak bermula.
2006 aku kuliah semester 5 atau 6 deh,wkwk.Tapi ga tau film ini, padahal yg maen Ramon ya, itu seangkatan, beda fakultas, haha gafok. Btw, bullying semacem ini emang hrs dihapus ke akarnya, pendidikan agama dr ortu aja, memang ga cukup. Peran negara yg menciptakan sistem yg bisa diadopsi sekolah, dsb jauh lbh penting.
ReplyDeleteSama nih, 2006 masih SMA juga hahaha. Saya udah pernah nonton EKSKUL, film ini sempet kontroversi sih soal music score yang diduga plagiat. Tapi memang ceritanya punya pesan yang oke.
ReplyDeleteSaya termasuk yang benci perundungan dan senioritas. Lingkaran setan senior-junior-senior ini kudu dihapus
Wih jenis film thrill kah? akhirnya Joshua, anak yg dibully malah menembak kepalanya sendiri, hikss...tp background keluarganya pun sang ayah suka mukul ya Mbak, kasian banget Joshua. Well, berharap banyak dari kita semua para orang tua agar masing2 mendidik anaknya dg baik, sehingga gak merundung anak lainnya.
ReplyDeleteEndingnya aku gak nyangka nih film Ekskul bakal begitu mba. Aku setuju tuh yang Boys Before Flower, Meteor Garden, sama film Jackie Chan yang Karate Kids tentang bully juga. Cuma endingnya lebih ke happy ending ya. Kalau ekskul kan enggak :( dan bullying emang bahaya banget, terutama buat korbannya. Yang gak kuat dan tidak melawan antara jadi enggak pedean dan sebagian mengakhiri hiduo :(
ReplyDeleteNoted menutup kakak, memang sekolah Agama kayaknya intensitas bully kurang ya kak, karena mereka sibuk menghafal dll. Pondasi yang ditanam di hati anak juga kuat. Jadi anak tidak terpikir saling bully. Aku jadi ingat cerpen robohnya surau kami. Karena bully seorang yang taat beragama akhirnya bunuh diri.
ReplyDeleteAku dulu juga pernah sempat dirudung juga mom :( yang jelas, pengajaran akhlak yang baik dan perhatian besar guru kepada muridnya bisa menghentikan perudungan disekolah :)
ReplyDeleteAuto cari filmnya dan langsung di download hehe. Thanks for sharing kak.
ReplyDeleteWah kog telat saya belum nonton filmnya ini? Tapi dari genrenya saya memang tak suka. Lemah hati saya kalau lihat bullying gini. Sedih gitu. Kebayang kalau saya atau keluarga dekat saya yang jadi korban
ReplyDeleteSaya pribadi termasuk korban bullying ketika SD dan SMP, cuma gara2 saya kecil dan cenderung pendiam. Waktu itu saya tidak melawan, yah buat menghindari mudharat yang lebih besar. Tapi memang, perbuatan buruk akan mendapatkan balasan di dunia atau di akhirat, beberapa perundung saya di sekolah dulu pada akhirnya malu dan respek ke saya di masa dewasa, karena nasib membawa kami pada kisah hidup yang berbeda
ReplyDeleteBaik perundung dan yang dirundung mendapatkan impak yang serius dalam perkembangan jiwanya. Kedua pihak ini mesti mendapatkan perhatian khusus. Nah, soal film Ekskull ini saya belum nonton, tapi kayaknya gelap banget gitu ya
Perundungan dapat dicegah. Pihak sekolah harus bersikap terbuka untuk menerima laporan perundungan dari murid.
ReplyDeletePerundungan itu menyisakan rasa trauma yang tetap ada hingga akhir hayat, Mbak. Waktu kecil aku sering di bully oleh saudara2 ku sendiri. Hingga detik ini, saat mengetikkan komentar ini jantungku masih berdegup kencang mengingat perlakuan mereka. Makanya aku tidak merasa kaget ketika mendengar berita ada artis yg suicide gara-gara di bully. Lukanya tidak berdarah, tapi meluluhlantakkan harga diri korban, sehingga membuatnya merasa hidup tidak lagi berarti.
ReplyDeletesemoga sekarang gak ada perundungan lagi ya. kasihan mental anak anak kalau dari masa sekolah udah ngalami diskriminasi begini. peran guru di sekolah penting nih untuk pengawasan. dan kita sebagai orang tua harus bisa memantau anak di rumah juga. tanyakan di sekolah ngapain. pokoknya anak mau dan nyaman cerita ke kita. biar protect. ya kan
ReplyDeleteWahh penasaran nih saya filmnya aku mbak. Fiks nih masuk ke wishlist tontonan buat weekend hehehe
ReplyDeleteNo. Perundungan jadi ingat apa yang saya alami waktu sekolah dulu.
ReplyDeleteSelamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)