Antara Poligami dan Kata Hati Wanita
August 07, 2020Pendapat saya tentang poligami berbeda-beda. Bila kita bertemu 7-10 tahun lalu, saya akan dengan bangga berada di barisan emak-emak yang menentang poligami. Tapi sejak 3 tahun lalu saya terbuka untuk menerima poligami.
.
Tapi sejak 3 tahun lalu pula saya akan lebih menyarankan
para suami untuk lebih baik tidak memilih berpoligami, para istri untuk tidak
mempersilahkan suaminya poligami dan para janda atau perawan untuk lebih baik
jangan memilih rumah tangga poligami. Dengan catatan, bukan dalam rangka
menentang atau mengharamkan poligami yaa..
.
Kenapa pendapat saya berubah-ubah?? Karena ilmu dan
pengalaman. 7-10 tahun saya tak tau banyak tentang syariat Islam kecuali untuk
ibadah ritual saja. Maka secara alami, karena dunia sudah berada dalam
cengkeraman sekulerisme, umumnya para wanita akan menentang poligami. Yah,
termasuk saya kala itu. Ditambah fakta terdekat tentang poligami di sekitar
saya memang ga ada baik-baiknya.
.
Ngomongin poligami emang ga ada habisnya, bikin emak-emak
semriwing tujuh keliling. Termasuk saya. Bahkan hingga detik ini, terlepas dari
apapun status saya saat ini. Bahkan bisa dibilang kini saya alergi, kalo ada kontak
di hape atau friendlist facebook atau instagram yang praktisi biasanya akan
langsung saya blokir. Karena muneg rasanya ngomongin tema satu ini. Kalaupun ada
yang praktisi, ga usahlah ditunjuk-tunjukin, jalani aja sendiri-sendiri (Bahkan
saya merasa emosional nulis artikel ini. Huh!)
.
Ceritanya, suatu sore selepas banyak bicara, saya menjadi
pendengar diskusi di webinar ustaz Oemar Mita dan istrinya, yang dipanggil Bibu.
Ini bukan kajian, tapi diskusi antara suami dan istri tentang poligami,
terutama dari sudut pandang wanita. Karena itu judulnya Antara Poligami dan
Kata Hati Wanita.
Memang, ustaz Oemar Mita (nanti saya tulis Abu Bassam saja ya) dan istrinya bukanlah praktisi poligami. Tapi yang namanya ilmu dan atau hikmah kebenaran bisa berasal dari siapa saja. Mu'adz bi Jabal pernah mengatakan, "Terimalah kebenaran dari setiap orang yang membawanya, meskipun orang tersebut kafir atau pendosa. Dan berhati-hatilah terhadap penyimpangan orang berilmu." (HR. Abu Dawud)
.
Maksud saya di sini, meskipun Abu Bassam dan Bibu bukan
praktisi poligami, ada banyak hikmah yang bisa kita ambil dari diskusi
beliau-beliau, sementara belum tentu dari para praktisi poligami sungguhan,
kita bisa mendapatkan hal yang sama. Tak jarang bukan, justru dari para
praktisi, poligami berubah menjadi momok yang semakin menakutkan dari waktu ke
waktu.
.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum Poligami. Ada
yang mengatakan mubah, sunnah dan wajib. Namun menurut saya, pendapat paling
kuat adalah yang menyatakan bahwa hukum poligami itu mubah (boleh dilakukan,
boleh tidak dilakukan, kedua-duanya tidak mendapatkan pahala atau dosa. Dengan
kata lain, tergantung pilihan orang yang beramal).
.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani mengatakan dalam an-Nizham
al-Ijtima’i fi al-Islam hal. 129 :
"Harus menjadi kejelasan, bahwa Islam tidak menjadikan
poligami sebagai kewajiban atas kaum muslimin, bukan pula suatu perbuatan yang
mandub (sunnah) bagi mereka, melainkan sesuatu yang mubah (boleh), yang boleh
mereka lakukan jika mereka berpandangan demikian."
.
Dalam diskusi Abu Bassam dan Bibu, sepanjang jalan kenangan
#eh sepanjang berlangsungnya webinar, air mata tak henti berguguran, serasa
hujan badai baru menerjang, bahkan setelah webinar kelar, sampai beberapa hari
ke depan saya masih saja menangis. Karena pembahasannya ngena’ banget. Tapi
karena ini diskusi, ungkapan tentang isi hati wanita, ada beberapa yang saya
juga tidak setuju.
1. Poligami itu Berat, Jangan Menambahkan Beratnya Dengan Cara yang Tidak Syar'i
.
Wanita mana sih yang mau dimadu. Itu benar. Wanita mana sih
yang mudah menjadi madu. Itu benar juga. Semuanya terasa berat kala itu tentang
berbagi hati. Hanya saja kadang suami tak terlalu peduli dengan perasaan
wanita. Akhirnya ketika ia jatuh cinta lagi atau tergoda perempuan lain, ia
tabrak hukum syara' misalnya dengan menjalin hubungan diam-diam, selingkuh
hingga berzina.
.
Berbagi hati itu berat, ditambah maksiat akan bikin wanita
makin sekarat. Kesalahan kaum pria kadang berpikir bahwa minta maaf itu lebih
mudah daripada minta ijin. Padahal ini malah membuat istri semakin bingung apakah
pernikahan baru suaminya itu adalah bagian dari poligami yang dia lakukan
ataukah sebuah pengkhianatan yang menyakitkan.
2. Jangan Menjadikan Poligami sebagai Candaan, Karena Justru akan Membuat Hati Wanita Lebih Tidak Siap.
.
Aduhai bapak-bapak, pahamilah sedikit bahwa perempuan itu
makhluk yang super duper sensitif sekali. Dan poligami itu berat bagi istri.
Karena itu janganlah hal seberat dan sebesar ini dijadikan becandaan baik dalam
obrolan maupun sikap. Hal kecil aja ya yang bikin istri sakit hati semisal
suami berfoto dengan mengangkat 4 jari tanda maximal jumlah istri dalam
berpoligami. Itu dah rasanya kaya ada gunung jatuh di kepala wanita.
Contoh becanda lain, misal dalam obrolan sering suami
mengatakan,
"Kalo aku nikah lagi gimana?";
"Kalo aku nikah lagi ama dia, kamu bisa baik
kan?";
"Besok kita silaturahmi ke si A, gimana kalo sekalian
ngelamar anak gadisnya buat jadi adik madumu?";
"Mau akad ama si A (akad jual beli), siapa tau nanti
bisa akad-in anaknya (akad ijab qabul)";
Dsb
.
Terlalu sering bercandain istri seperti ini bisa jadi akan
membuat perempuan merasa kurang baik menjadi istri, yang berakibat rendah diri.
Daya juangnya dalam pernikahan pun akan menjadi rendah dan menimbulkan
ketakutan pada suami. Belum lagi ketika akhirnya suami serius, istri tidak akan
pernah siap, karena dibercandain terus itu tadi.
3. Jangan menjadikan poligami sebagai pelarian.
.
Ada kalanya rumah tangga itu memang mengalami pasang surut.
Kala tengah bermasalah, jangan pernah suami menjadikan poligami sebagai
pelarian. Please toleh kanan-kiri dulu kalo mau nyebrang, eh liat situasi dan
kondisi kalo mau membagi hati.
.
Masalah keluarga di sini bukan hanya ketika merasa tidak
puas atau kecewa dengan istri. Ada loh suami yang udah ngajuin proposal poligami
di saat utang keluarga lagi menumpuk, atau saat istri berjuang mempertahankan
kehamilannya dll. Kan ga ada akhlak kalo gituu..
.
Saat kapalmu sedang limbung, jangan sibuk mencari kapal yang
lain..
4. Poligami butuh ilmu
.
Jangan merasa kalo udah banyak ngaji kitab merasa poligami
adalah hal mudah. Jangan hanya tau
syariat poligami, tapi ga tau syariat lain apalagi kalau sampai ibadah
keteteran. Lebih penting lagi skill rumah tangga juga harus oke. Kondisi monogami
dan poligami jelas berbeda, dan suami harus mampu menghadapi beberapa istrinya
tanpa menyinggung istri lainnya. Ada kewajiban adil tentang nafkah dan mabit.
Namun nafkah itu bukan hanya urusan uang atau harta, tapi juga nafkah batin
yang membuat masing-masing istri merasa tenteram. Kalo mungkin bapak-bapak
lupa, wanita itu adalah manusia yang punya hati!
5. Keterlibatan istri dalam proses pernikahan suami dengan sang madu.
.
Memang banyak yang berpendapat istri pertama merasa tenang
kalo ia terlibat dalam proses pernikahan baru suaminya, seperti mencarikan
calon madu, melamarkan hingga menemaninya akad. Tapi dalam hal ini saya berpendapat
lain, poligami itu urusan dan pilihan suami. Jadi tidak harus ada keterlibatan
istri lama, juga tidak membawa pengaruh soal nyaman atau tidak nyaman, tenang
atau tidak tenang pada istri lama dengan keterlibatannya tsb.
.
Juga, seandainya istri lama bersedia terlibat dalam
pernikahan baru suaminya, tidak berarti ia menerima suaminya menikah
lagi/poligami. Dalam hal ini menurut saya tidak ada hubungan sebab-akibat
antara bersedia atau tidak, terlibat dalam pernikahan suami dan madu dengan bertahan atau tidak dalam rumah
tangga poligami yang dipilih oleh suami. Bisa jadi ia bersedia terlibat dalam
rangka memenuhi keinginan suaminya untuk terakhir kalinya.
6. Cari yang sekufu
.
Kalopun harus menjalani rumah tangga poligami, maka madu
yang dipilih sebaiknya sekufu dengan istri lama. Semisal, istri pertama adalah
wanita shalihah yang kerudungnya lebar, jangan sampai istri kedua adalah wanita
yang suka pamer aurat. Ga ketemu kemana visi-misi keluarganya ntar..
7. Konsep siap Suami VS Istri
Pria adalah mahluk dengan logika, sementara perempuan dengan
perasaannya. Sayangnya seringkali setiap diri mengukur standar sesuai
standarnya masing-masing. Suami merasa siap ketika dia berada dalam kondisi
mapan, sehingga bisa menghidupi beberapa istri tanpa ada yang terlantar. Padahal
istri itu tidak hanya butuh harta, tapi juga cinta. Suami yang berpoligami dan
hanya mencukupkan dirinya untuk adil hanya perkara pembagian nafkah bulanan dan
jatah bermalam, lebih baik nyebur ke laut aja, #Eh belajar soal poligami lagi..
8. Jangan judge istri anti syariat bila ia tidak siap atau tidak mau dipoligami
Seringkali suami men-judge istri ketika proposal poligaminya
ditolak, tak tanggung-tanggung dikatakan anti syariat, tidak beriman, tidak
bersyukur, terlalu cinta dunia dll. Padahal mungkin istri sedang shock dan
butuh waktu mencerna keinginan suami. Hal ini bisa jadi justru mematahkan hati
istri dan menjadi tertutup untuk menerima poligami. Bahkan, bisa jadi malah
berbalik menentangnya. Ingatlah bahwa wanita itu adalah tulang rusuk yang
bengkok, luruskan dengan lembut, atau kalau tidak ia akan patah.
**
Terakhir, jodoh itu memang suratan takdir, ada yang Allah takdirkan berjodoh lebih dari 1 (satu) istri, adapula yang tidak. Kalo bukan jodoh ga akan ketemu, kalo jodoh lari kemanapun pasti akan terkejar. Poligami itu ujian, maka jangan pernah memintanya. Namun ketika ia datang, hadapilah dengan sekuat tenaga. Ingatlah bahwa semua pun hanyalah titipan. Mintalah pundak yang kuat, tapi juga jangan sampai pundakmu patah..
**
Jember, 07 Agustus 2020
Ditulis ketika hujan yang dinanti tak menghiasi hari..
11 comments
Poligami tema sensitif, terutama bagi perempuan yang mengharamkan poligami. Cukup mencerahkan diskusi Abu Bassam dan Bibu, meskipun beliau bukan praktisi poligami.
ReplyDeleteIni tuh sensitive case banget. Banyak perempuan jadi parno dengan poligami ya karna banyak praktik yang melenceng dari hukum syara'. Padahal, tanpa ada kasus yang begitu saja rasanya udah berat. Ya gimana ya. Siapa sih yang mau berbagi?
ReplyDeleteKadang agak ngeri juga sama praktisi yang mengumbar kemesraan di publik. Seolah bilang kalau mereka baik-baik saja. Ini ngeri sih. Iya kalau yang mengikuti berilmu, kalau nggak kan ya blunder sendiri.
Iya mb bener, praktisi yang suka mengumbar itu bikin gemesss.. makanya mereka q blokir hahaha
DeleteSy juga merasakan mbak, gimana rasanya hati ini, waktu suami minta d Carikan madu, sy hanya menjawab iya...blom ngebanyangin klu sy d ikut sertakan menyusun pernikahan mereka hati ini rasanya makin GK karuan ya, apa karena sy blom ridho ya..
ReplyDeleteHehe saya sdh melewati fase itu wkwkwkw
DeleteEh sekarang juga masih sih..
DeleteMasya allah... Pembahasan yg bert menurutku yg masih minim ilmu. Hehe
ReplyDeleteMangkanya suamiksuami istriaistri yg memilih berpoligami Allah balas dgn surgaNya. Masya allah
Belum tentu mbak.. kalo praktiknya salah ya neraka balasannya
DeleteWaah mantap Bu bahasan topiknya. Soal poligami akan selalu menarik utk dibahas. Kadang membuat penasaran. Ada yg alergi ada juga yang biasa-biasa aja.
ReplyDeleteMantap pembahasannya
ReplyDeletesoal poligami emang sensi ya,
ReplyDeleteklo gak ada ilmunya bisa galfah alias gagal faham
perlu ilmu
Selamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)